Yang lagi Hot Film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang diangkat dari novel karya
pujangga Haji Abdul Malik Karim Amarullah (Hamka) akan segerela dirilis
ke pasar, atau tepatnya mulai tanggal 19 Desember, nanti.
Usut punya usut ternyata Kisah Kapal Van Der Wijck merupakan kisah nyata yang terjadi di Kabupaten Lamongan, Perairan Brondong. Ini terlihat dari adanya monumen di daerah kecamatan Brondong- Lamongan. Monumen Van Der Wijk ini berada di halaman kantor Perum Prasana
Perikanan Samudra Cabang Brondong, yang berada di belakang gapura
menuju Pelabuhan dan Tempat PeIelangan Ikan - Brondong. Di Monumen Van Der Wijk itu terdapat dua prasasti yang berada di
dinding barat dan timur monumen. Prasasti itu terbuat dari pelat besi
dan bertuliskan dalam bahasa Belanda dan bahasa Indonesia. Monumen Van Der Wijk ini menjadi saksi bisu tentang kisah yang mengharu-
biru dari musibah tenggelamnya Kapal Van Der Wijk di perairan Lamongan.
Monumen itu dibangun oleh pihak Belanda untuk mengenang kisah tenggelamnya kapal itu di perairan Lamongan. Monumen itu juga untuk mengucapkan terima kasih dari pihak Negara Belanda kepada warga Lamongan yang pada saat musibah itu terjadi telah memberikan bantuan dalam berbagai bentuk dan usaha.
Kapal Van Der Wijk merupakan kapal
uap milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) yang saat ini
merupakan cikal bakal Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI). Pada saat
itu kapal itu melayani route pelayaran di kawasan perairan di Hindia
Belanda .
Kapal Van der Wijk dibuat oleh Maatschappij
Fijenoord, Rotterdam pada tahun 1921 dengan berat tonase 2.596 ton dan
lebar kapal 13,5 meter. Kapal ini mendapat nama panggilan “de meeuw”
atau “The Seagull”, karena sosok dan penampilan kapal ini yang tampak
sangat anggun dan tenang.
Saat pelayarannya yang terakhir, kapal Van der Wijk berangkat dari Bali ke Semarang dengan singgah terlebih dahulu di Surabaya. Kapal Van Der Wijk pada hari selasa
tanggal 20 Oktober 1936 tenggelam ketika berlayar di perairan
Lamongan, tepatnya 12 mil dari pantai Brondong.
Jumlah penumpang pada saat itu adalah 187 warga Pribumi dan 39 warga Eropa. Sedangkan jumlah awak kapalnya terdiri dari seorang kapten, 11 perwira, seorang telegrafis, seorang steward, 5 pembantu kapal dan 80 ABK dari pribumi.
Jumlah penumpang pada saat itu adalah 187 warga Pribumi dan 39 warga Eropa. Sedangkan jumlah awak kapalnya terdiri dari seorang kapten, 11 perwira, seorang telegrafis, seorang steward, 5 pembantu kapal dan 80 ABK dari pribumi.
Menurut Wikipedia , musibah tenggelamnya
kapal ini mengakibatkan 4 korban meninggal dunia dan 49 orang hilang
ditelan ombak laut.Sedangkan menurut
Theshiplist.com mengabarkan ada korban 58 orang yang meninggal. Koran
De Telegraaf, 22 Oktober 1936, menulis 42 orang korban yang hilang. Jumlah yang tidak pasti ini dikarenakan
jumlah penumpang kapal tidak sesuai dengan manifest. Ada banyak kuli
angkut pribumi yang tidak tercatat, kemungkinan merekalah yang banyak
hilang.
Semoga dengan di Luncurkanya film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck ini semakin memperkenalkan budaya dan keindahan Kabupaten Lamongan baik di Kalangan Nasional maupun di Kalangan Internasional.
0 comments:
Post a Comment